Sabtu, 28 November 2009

SC, Spiritual Capital

Category: Books
Genre: Religion & Spirituality
Author: Danah Zohar & Ian Marshall
Penerjemah: Helmi Mustofa
Penerbit: Mizan Pustaka, 2005
Tebal 254 halaman

Saat ini sebagian orang telah menganggap uang sebagai dewa. Segala cara dilakukan untuk mendapatkan uang (harta). Memang tidak salah anggapan bahwa harta, tahta, dan wanita, menjadi faktor utama kejatuhan manusia. Ketika manusia berusaha keras memburu ketiga hal itu, etika dan spiritualitas dikesampingkan.

Dalam dunia bisnis, hal yang sama terjadi. Memburu pendapatan dan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan segala cara, tanpa memperhatikan aspek spiritualitas. Akhirnya, para pebisnis digambarkan sebagai orang-orang yang mementingkan diri sendiri: serakah, egoistis, oportunistis, berpikir jangka pendek, dan sejenisnya.

Hal itu bertolak belakang dengan spiritualitas, yang umumnya diidentikkan dengan sikap-sikap altruistik dan asketis, termasuk mementingkan orang lain, berkorban demi orang lain, dan sebagainya. Lalu, bisakah bisnis dipadukan dengan spiritualitas? Hal itulah yang coba dikupas penulis buku ini. Danah Zohar adalah seorang fisikawan, filosof, dan dosen manajemen yang sering menjadi pembicara di konferensi-konferensi internasional mengenai bisnis. Sedangkan suaminya, Ian Marshal, adalah seorang psikiater dan psikoterafis.

Dua penulis buku ini mengasumsikan bahwa budaya kapitalis dan praktik bisnis yang beroperasi di dalamnya, tengah berada dalam krisis. Dia melukiskan bisnis global sebagai "monster yang memangsa dirinya sendiri." Ini terjadi lantaran etos dan asumsi-asumsi kapitalisme yang mendasarinya dan banyak dari praktik-praktik bisnis yang berangkat dari etos dan asumsi-asumsi tersebut, tidak berkelanjutan. Kapitalisme dan bisnis tidak punya masa depan jangka panjang, dan ini membatasi masa depan budaya secara umum.

Oleh karena itulah, penulis mencoba menunjukkan, bagaimana kelompok inti di masa kini dan para pemimpin potensial ini bisa mendayagunakan kecerdasan spiritual mereka, demi menciptakan modal spiritual (spiritual capital/SC) dalam budaya organisasi yang lebih luas. Dengan begitu, akan membuat budaya mereka lebih berkelanjutan.

Modal kapital adalah sebuah visi dan model bagi keberlanjutan organisasi dan kultural, dalam sebuah kerangka yang lebih luas yang mencakup masyarakat dan persoalan-persoalan global.

Paradigma Baru

Spiritual Capital adalah paradigma baru, tidak membuang kapitalisme, tetapi justru menyarankan penambahan dimensi moral dan sosial pada kapitalisme. SC menjadi jalan keluar ketika budaya kapitalis dan praktik bisnis yang beroperasi di dalamnya tengah berada dalam krisis.

Penulis mengakui penyusunan buku ini merupakan sebuah panggilan pribadi terhadap keprihatinan dalam perkembangan budaya saat ini. Praktik bisnis telah dianggap sebagai sesuatu yang jauh dari semangat keagamaan (spiritual). Padahal keduanya bisa dipadukan menjadi sebuah praktik bisnis yang beretika, tidak hanya mengejar keuntungan saja tetapi juga memperhatikan aspek kemanusiaan.

Untuk menyusun buku ini, ada empat basis pengetahuan yang melandasinya.

Pertama, pengalaman hidup pribadi.

Kedua, ide-ide dari sains baru, khususnya fisika kuantum, chaos, dan sains kompleksitas.

Ketiga, pengalaman pribadi penulis selama sepuluh tahun sebagai pendidik dan konsultan manajemen.

Keempat, observasi umum terhadap dunia, yang kemudian didiskusikan dengan kolega dan teman-teman penulis.

Tidak mengherankan bila buku ini memang menarik untuk disimak, walaupun cukup banyak mengkritik kapitalisme dan bisnis sebagaimana umumnya. Pembagian sebelas bagian dalam buku ini disesuaikan dengan urutan tema utama, yaitu bagaimana sekelompok orang yang bergerak berdasarkan motivasi-motivasi yang lebih tinggi bisa mengubah dunia.

Bab satu dan dua melukiskan dua skenario tentang kapitalisme dalam bisnis sebagaimana kita kenal, dan skenario tentang kapitalisme dalam bisnis sebagaimana mungkin terwujud. Bab tiga dan empat menawarkan sebuah cara baru yang sistematis untuk mendiagnosis kondisi motivasional dan emosional budaya masa kini.

Bab lima hingga delapan memperkenalkan konsep baru kecerdasan spiritual, menjelaskan 12 sifat dan prinsip-prinsip transformasinya, dan menggambarkan bagaimana semua itu bisa dipakai untuk mengubah individu-individu dan budaya berdasarkan motivasi. Bab sembilan mendeskripsikan bagaimana pergeseran benar-benar bisa terjadi dan bisa didiagnosis.

Kemudian bab sepuluh membahas elite kepemimpinan yang menjalankan dan mewujudkan pergeseran budaya, serta bab sebelas merupakan penutup, yang menyatakan bahwa SC tetap merupakan bentuk kapitalisme yang valid dan bisa berjalan.

Jarot Saptonarpodo, praktisi bisnis

Sumber: Suara Pembaruan, Aug 18, 2006

Label: ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda