James Cameron Kembali dengan Film 3D
Rilis Pekan Depan, Telan Biaya Rp 4,6 Triliun
Dua belas tahun setelah membesut film superlaris Titanic, sutradara James Cameron kembali dengan karya baru. Kali pertama dia menggarap film berjenis 3D yang berjudul Avatar. Film tersebut akan diluncurkan untuk publik pekan depan. Premiere terbatas sudah dilakukan di beberapa tempat, termasuk di Leicester Square, London, pada Kamis malam (hari ini WIB).
Ada banyak hal yang membuat film tersebut pantas dinanti. Pertama adalah biaya pembuatannya yang disebut-sebut sebagai yang terbanyak dalam sejarah perfilman. Empat tahun dibuat, Avatar menghabiskan biaya GBP 300 juta (sekitar Rp 4,6 triliun), separo lebih banyak daripada Titanic yang menelan biaya GBP 150 juta (sekitar 2,3 triliun).
Penggarapan efeknya juga sangat serius. Dengan hanya memasang 37 pemain, ribuan karakter lain dalam film tersebut dibuat secara digital. Penggarapan efeknya termasuk yang canggih saat ini. ''Teknologi komputer digital dalam film ini sangat penting. Kami menetapkan standar tinggi untuk efeknya,'' kata Cameron seperti dikutip dari Daily Mail. Selain itu, pengambilan gambar minimal menggunakan delapan kamera dari angle yang berbeda. Itu pun diambil dua kali oleh kamera 3D.
Avatar ber-setting abad ke-22. Bercerita bahwa bumi sudah kehabisan daya dukungnya dan tak lebih menjadi sebuah gurun tanpa makhluk hidup, tanaman, atau pun mineral. Lalu, ada sebuah planet baru bernama Pandora yang mempunyai semua sumber daya alam yang dibutuhkan. Karena manusia tak bisa bernapas di Pandora, makhluk yang bisa hidup di sana adalah campuran manusia-alien yang disebut Avatar. Di Pandora sudah ada makhluk asli yang mendiami tempat tersebut bernama Na'vi.
Saking seriusnya menggarap detail, Cameron mengajak Paul Frommer, seorang profesor bahasa dari University of Southern California, untuk membuat bahasa khusus Na'vi. Frommer membutuhkan waktu empat tahun guna menciptakan sistem bahasa tersendiri. ''Ada sejumlah kesulitan. Saya sebenarnya ingin membebaskan imajinasi, tapi tetap saja bahasa yang saya buat harus bisa diucapkan manusia,'' tutur Frommer.
Bahasa Na'vi mempunyai 1.000 kosa kata dan struktur yang lengkap pula. Untuk melatih aktor berbahasa Na'vi, pelatih bahasa terkemuka Carla Meyer pun disewa. Kamus bahasa Na'vi juga sudah tersedia di internet sekarang.
Namun, film tersebut tak lepas dari kritik. Ada yang mengatakan, karena menggunakan kamera 3D, susah menangkap emosi dari sorot mata karakter digital serta termasuk film yang ''menggelikan dengan sosok-sosok absurd''. Leo Barraclough, editor majalah Variety, mengatakan bahwa kritik tersebut pasti tak berpengaruh banyak.
''Ini adalah film yang paling dinanti. Orang-orang pasti akan berbondong melihatnya,'' tuturnya. ''Apalagi, James dikenal kualitasnya untuk soal detail, cerdas, dan tak setengah-setengah. Dengan pemasaran yang menggandeng banyak pihak, tampaknya film ini bakal sukses,'' tambah Barraclough.
Buktinya, hingga sekarang lebih dari sejuta orang telah menyaksikan trailer-nya secara online. Belum lagi, serbuan merchandise yang dibuat oleh raksasa action figure Mattel. James Cameron sendiri merasa optimistis atas keberhasilan karyanya. ''Saya yakin, setidaknya orang akan empat kali menonton,'' tuturnya.
Yang pertama, orang akan menonton karena tertarik. Selanjutnya, akan kembali lagi untuk memastikan hal-hal fantastis yang baru saja dilihat. Kemudian, menonton kali ketiga karena ingin menikmati dan yang terakhir untuk menuntaskan kepuasannya menonton film tersebut.
Hanya, saat diminta membandingkan Avatar dengan Titanic, Cameron memilih realistis. ''Saya yakin akan sukses. Namun, bila melebihi Titanic, saya tak berani memastikan. Hanya, saya berharap betul, setidaknya level kesuksesannya sama,'' ucapnya. (ayi)
Sumber: Jawa Pos, Jum'at, 11 Desember 2009
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda