Sabtu, 28 November 2009

Wujudkan 'Indonesia Bisa' Lewat Wirausaha

Judul: Entrepreneurship, Menjadi Pebisnis Ulung: Panduan Bagi Pengusaha, Calon Pengusaha, Mahasiswa, dan Kalangan Dunia Usaha
Penulis: Eddy Soeryanto Soegoto
Penerbit: Elex Media Komputindo
Cetakan: 2009
Tebal: xxxvi + 280 halaman
ISBN: 978-979-27-5852-8

Komitmen Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terhadap peningkatan kewirausahaan (entrepreneurship) telah dikemukakan secara gamblang dalam pidato ”Indonesia Bisa” pada bulan Oktober 2009. Usulan yang didukung penuh oleh para begawan wirausaha ini memang sudah saatnya ditindaklanjuti.

Oleh ROY SEMBEL

Di tengah kabar pemulihan ekonomi dunia dari krisis dan indikator ekonomi makro Indonesia yang kabarnya lumayan, pengangguran tetap menjadi masalah yang kronis. Bahkan, dari tahun ke tahun ada kecenderungan semakin banyak sarjana menganggur. Sarjana yang diharapkan membawa solusi bagi masalah bangsa (dengan menciptakan lapangan pekerjaan), justru cenderung menjadi bagian dari masalah (menjadi pencari kerja dan menambah beban pengangguran).

Masalah pengangguran, khususnya pengangguran terdidik, yang semakin mengkhawatirkan ini mengindikasikan bahwa sistem pendidikan kita sekarang belum cukup berpihak kepada kewirausahaan. Nuansa awal dari buku Entrepreneurship, Menjadi Pebisnis Ulung ini kental dengan pesan perlunya pendidikan yang berpihak pada kewirausahaan. Buku ini dibuat untuk mendukung pendidikan kewirausahaan dengan menyediakan buku ajar lokal yang berkualitas baik.

Buku ini dimulai dengan mendefinisikan entrepreneurship dan kualitas personal yang perlu ada dalam diri seorang entrepreneur. Sebagai ilustrasi pendukung, ditampilkan contoh-contoh entrepreneur sukses (lokal dan global). Bagi pemula yang ingin berwirausaha, pada Bab 2 dan 3, diberikan pengenalan tentang aktivitas bisnis, bagaimana memulai bisnis, dukungan bagi pemula (terutama bagi yang belum punya ide bisnis yang akan digarap), dan dilanjutkan dengan memberikan beberapa alternatif sumber ide bisnis, dan berbagai bentuk badan usaha.

Inti dari berbisnis diberikan mulai dari Bab 4, yaitu tinjauan umum pengelolaan bisnis. Rincian lebih lanjut tentang hard skills yang diperlukan bagi sukses bisnis diberikan pada Bab 5 sampai dengan Bab 9, seperti strategi pemasaran, mengelola keuangan usaha, penetapan harga, distribusi, dan promosi.

Sisi yang relatif lunak (soft skills) diuraikan pada tiga bab berikutnya, yaitu mengelola SDM, memimpin dan memotivasi karyawan, serta organisasi dan kerja sama tim. Satu hal yang sangat positif dari buku ini adalah diangkatnya masalah etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) pada bab akhir. Hal ini penting untuk mengingatkan para (calon) wirausahawan bahwa berbisnis tetap harus memerhatikan batasan aturan tertulis dan tidak tertulis, aturan legal, sosial, dan moral.

Penulis buku ini seorang entrepreneur sukses yang berakar di dunia pendidikan. Ia adalah pendiri universitas swasta yang sedang naik daun di Bandung, yaitu UNIKOM. Dengan latar belakang S-1/S-2 di bidang Teknik Industri dari ITB, ia menyelesaikan pendidikan S-3 di bidang Manajemen Bisnis dengan prestasi akademis sangat baik. Kombinasi antara praktik dan pengetahuan konseptual teoretis bisnis dan teknik yang hebat, jarang dijumpai.

Jalan pikiran yang terstruktur tecermin dalam perangkaian alur bab demi bab yang tersusun dengan alur yang jelas. Untuk memudahkan pembaca memahami buku ini, pada tiap awal bab diberikan ringkasan tujuan masing-masing bab. Cara ini terasa cukup efektif untuk mengingatkan pembaca tentang konsep penting yang ingin disampaikan penulis.

Normatif akademis

Bisa jadi karena latar belakang penulisnya sebagai seorang doktor dan bergerak di bisnis pendidikan, maka tampilan isi buku ini sangat berbau akademis. Akibatnya, bisa jadi buku menjadi kurang bisa dinikmati oleh pembaca praktisi yang biasanya menghendaki tampilan yang lebih populer dan fleksibel. Sebagai contoh, Bab 1 dimulai dengan subbab berjudul Pendahuluan diikuti dengan Definisi (laiknya sebuah laporan tesis atau disertasi).

Banyak konsep yang diuraikan terkesan normatif. Kesulitan untuk menerapkannya dalam dunia nyata kurang dibahas. Misalnya saja, seorang entrepreneur sukses harus memiliki karakteristik normatif dengan daftar yang cukup panjang. Sayangnya, cara agar bisa memiliki karakteristik tersebut (yang sebagian besar bukanlah bakat alami tetapi merupakan hasil pembelajaran berkelanjutan) kurang dipaparkan. Selanjutnya, contoh praktik yang dijadikan ilustrasi kebanyakan berasal dari pengalaman pebisnis (termasuk UNIKOM) setelah mencapai sukses. Proses jatuh bangun dan ”kegagalan” yang pernah terjadi serta cara mengatasinya kurang terwakili.

Di sisi lain, relevansi buku ini terhadap situasi saat ini terasa kurang menggigit. Misalnya, dalam buku ini tidak dibahas dampak krisis global saat ini terhadap dunia bisnis di Indonesia dan kiat untuk menghadapi krisis seperti itu saat ini maupun di kemudian hari. Terkait dengan itu, konsep dan praktik manajemen risiko, yang menjadi semakin penting dalam dunia yang semakin cepat berubah, tidak dibahas. Selain itu, tren Teknologi Informasi dan Komunikasi yang mengubah wajah dunia dan tren ekonomi kreatif hanya disebutkan sepintas.

Ukuran keberhasilan perusahaan, dan cara mengukurnya (selain dari analisis rasio keuangan yang standar) tidak dibahas. Padahal secara konseptual teoretis: ”You cannot manage what you cannot measure” (Bila tidak bisa diukur, bagaimana mungkin Anda bisa mengelolanya?). Saya juga agak surprised karena buku ini tidak menyentuh konsep Good Corporate Governance (GCG, dengan komponen utama Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, dan Keadilan). Tanpa GCG, bagaimana mungkin suatu bisnis bisa berkembang menjadi bisnis kelas dunia. Pebisnis ulung harus mengetahui dan mempraktikkan GCG.

Meski bagus di lataran strategi perusahaan dan strategi fungsional (pemasaran, keuangan, SDM, dll), buku ini kurang menekankan mengenai terjemahan dari strategi ke implementasi menuju pada manajemen operasional bisnis berciri process excellence. Banyak perusahaan yang strateginya ciamik ternyata bisnisnya amburadul akibat implementasi yang berantakan sehingga tercekik masalah cashflow operasional, bahkan sampai bangkrut.

Demikian pula apabila buku ini ditujukan untuk menjadi buku ajar, tampaknya masih perlu ditingkatkan standar kelengkapannya, seperti ringkasan tiap bab, konsep dan pertanyaan penting untuk mengingatkan (review questions), maupun indeks dan glossary (daftar istilah dan artinya).

Hal lain, barangkali karena jajaran endorser-nya yang hebat (Ciputra, James Riady, Tanri Abeng, dan Bob Sadino), maka ekspektasi pembaca menjadi terlalu tinggi. Meski buku ini sudah bagus, ekspektasi awal terlalu tinggi bisa membuat pembaca kurang puas. Akan tetapi, buku ini

bisa diharapkan menjadi acuan bagi para (calon) pebisnis dan membantu dunia pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang menjadi bagian dari solusi. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak lagi sekadar mengandalkan konsumsi, melainkan berbasis aktivitas produktif dari para entrepreneur. Kalau negara lain bisa, Indonesia mesti lebih bisa!

Roy Sembel, Dekan Business School dan Direktur Pascasarjana Universitas Pelita Harapan

Sumber: Kompas, Minggu, 29 November 2009

Label: ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda